Legenda Gunung Tangkuban Perahu


Gunung Tangkuban Perahu terletak sekitar 20 km di utara kota Bandung. Gunung ini menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang menarik di Jawa Barat. Lingkungan alamnya yang sejuk, dan sumber mata air panas di kaki-kaki gunungnya. Deretan kawah yang memanjang, menjadi daya tarik tersendiri.
Luas kawasan ini 1660 ha yang dibagi 2 bagian yaitu cagar alam seluas 1290 ha dan taman wisata alam seluas 370 ha. Menurut Administrasi Pemerintahan masuk ke dalam wilayah Kecamatan  Sagala Herang Kabupaten Subang dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung.

pada masa itu hiduplah seorang raja bernama Raja Sungging Perbangkara. Raja Sungging Perbangkara sanggat senang berburu di hutan. Pada suatu hari ketika sang raja tengah berburu, ia membuang air seni dan tertampung dalam tempurung kelapa.

Seekor babi hutan betina bernama Wayungyang yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Secara ajaib, Wayungyang Hamil. Setelah Sembilan bulan, ia melahirkan bayi perempuan. Oleh Wayungyang, bayi itu dibawa ke Keraton ayahnya dan dibenri nama Dayang Sumbi alias Rarasati.
Waktupun berlalu, dayang Sumbi beranjak dewasa. Ia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik jelita. Bak kuntum bunga yang sedang mekar. Banyak pangeran dan raja yang hendak meminangnya. Tetapi entah mengapa, Dayang Sumbi tidak mau menerima semua pinangan itu. Hal itu tentu saja membuat heran ayahnya.
“Wahai putriku, mengapa engkau selalu saja menolak setiap pinangan dari para pangeran dan raja di sekitar kerajaan ini? Apakah engkau mempunyai pilihan hati sendiri? Jika iya, katakana saja. Ayah akan merestui piliihan hatimu,” ujar raja Sungging Perbangkara.
“Maafkan hamba ayahanda. Bukan maksud ananda untuk membuat ayahanda menderita. Anada hanya berkeinginan untuk menyendiri dulu dan belum siap bersuami. Izinkanlah ananda mengasingkan diri di bukit di dekat kerajaan ini Ayahanda,” tutur Dayang Sumbi.
“Lalu, siapa yang akan menemanimu,” kata raja sungging Perbakara dengan cemas.
“Hamba ditemani si Tumang saja,” pinta Dayang Sumbi.
Akhirnya, dengan berat hati Raja Sungging Perbangkara mengizinkan putrinya menyendiri di bukit dengan ditemani si Tumang. Tumang adalah seekor anjing yang sangat sakti. Ia merupakan jelmaan seorang kesatria sakti yang idkutuk menjadi anjing. Di saat-saat tertentu, ia dapat berubah manjadi seorang manusia.
Suatu ketika saat sedang asyik menenun, tanpa sengaja Dayang Sumbi menjatuhkan teropong atau torak (torak adalah alat yang digunakan untuk menennun kain). Karena merasa malas, ia enggan mengambil torak itu. Tanpa sengaja ia melontarkan ucapan tanpa memeikirkannya lebih lanjut.
“Barang siapa yang mengambilkan torak yang terjatuuh itu, bila ia seorang perempuan akan aku jadikan saudara. Akan tetapi, bila ia seorang laki-laki, maka akan aku jadika suami,” ucap Dayang Sumbi.
Terjadilah hal yang tidak dipikirkan oleh Dayang Sumbi. Si Tumang, dengan sigap mengambilkan torak tersebut. Tentu saja Dayang Sumbi tidak dappat mengingkari janjinya. Maka jadilah si Tumang Suami Dayang Sumbi.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Dayang Sumbi hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang sangat tampan. Bayi itu  diberi nama Sangkuriang. Waktupun berlalu, Sangkuriangtumbuh menjadi anak yang tangkas. Selama ni Dayang Sumbi membesarkannya bersama-sama dengan Tumang. Akan tetapi, Sangkuriang tidak mengetahui bahwa tumang adalah yanh kandungnya.
Pada suata hari, Dayang Sumbi ingin memakan hati babi. Ia menyuruh Sangkuriang untuk berburu babi di hutan. Sangkuriang pun berangkat dengan ditemani si Tumang. Setelah sampai di hutan, Sangkuriang segere mencari tempat yang strategis untuk menginttai babi. Tak berapa lama, dikejauhan tampaklah seekor babi betina. Si Tumang mengenali babi itu sebagai Wayungyang yang merupak ibu dari Dayang Sumbi. Akan tetapi Sangkuriang yang tidak menyadari bahwa babi itu adalah neneknya, segera menyuruh si Tumang untuk memburunya.
Tentu saja si Tumang tidak mau beranjak dari tempatnya. Ia ditak ingin membunuh ibu dari istrinya. Melihat si Tumang yang tidak segera bergerak, Sangkuriang marah dan menghardiknya.
“Apa yang kau lakukan Tumang? Ayo kejarlah babi itu! Jangan kau diam saja disitu!” hardik Sangkuriang dengan gusar.
Tetap saja si Tumang tidak bergerak dari tempatnya. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala dan ekornya. Babi Wayungyang yang melihat keributan di semak-semak segera melarikan diri. Hal itu malah membuat Sangkurinag marah.
“Lihatlah hasil perbuatanmu itu Tumang! Babi gemuk incaran kita ttelah lari. Sebagai balasannya, rasakan ini!” seru Sangkuriang dengan menghujamkan senjatanya ke tubuh si Tumang. Si Tumang tidak dapat menghindari hujaman senjata. Seketika itu, ia jatuh tersungkur di tanah dan mati. Tanpa perasaan Sangkuriang segera membedah mayat si Tumang dan mengambil hatinya. Setelah memperoleh hati si Tumang, Sangkuriang segerea pulang. Sesampainya di rumah, hati tersebut langsung diberikan kepada ibunya untuk dimasak.
Tanpa curiga, Dayang Sumbi segera memasak hati babi hasil buruan anaknya. Setelah matang, ia segera memanggil Sangkuriang untuk makan bersama-sama. Mereka makan dengan lahapnya. Setelah kenyang, baru Dayang Sumbi menyadari ketidakhadiran si Tumang sejak dari tadi.
“Anakku, di mana gerangan si Tumang? Sejak tadi ia tidakterlihat. Bukankah kau yang terakhir kali bersamanya?” Tanya dayang Sumbi.
“Maafkan ananda ibu, ananda telah membunuh si Tumang. Ia tidak mau beranjak saat ananda suruh mengejar babi gemuk buruan kita. Akhirnya ananda membunh si Tumang dan hatinya ananda ambil untuk dimasak Ibu,” ucap Sangkuriang dengan nada penuh penyesalan.
“Apa..! engkau telah membunuh si Tumang? Jadi hati babai yang kita makan itu adalah hati si Tumang?” Tanya Dayang Sumbi dengan marah.
“I..ya Bu. Hati babi yang anada berikan untuk Ibu sebenarnya adalah hati si Tumang . maafkan anada Bu,” ucap Sangkuriang dengan bersimpuh di kaki ibunya.
“Dasar anak durhaka! Pergi kau dari rumah ini!” teriak Dayang Sumbi dengan memukulkan sendok nasi ke kepala Sangkuriang.
“Tapi kenapa Bu?”Tanya Sangkuriang meminta penjelasan.
“Pergi jauh-jauh dari sini kau anak durhaka!” teriak Dayang Sumbi.
Sambil menahan rasa sakit dikepalanya dan rasa heran di hatinya, Sangkuriang pergi meninggalakan rumah Ibunya. Ia terus saja pergi ke arah Timur. Setelah mengusir anaknya dan kehilangan suaminya, dayang Sumbi merasa sangat kesepian. Lalu ia rajin bertapa mohon petunjuk pada dewata.
Para dewata di khayangan sangat iba melihat Dayang Sumbi. Lalu mereka menganuhgrakan kecantikan abadi. Sejak saat itu, Dayang Sumbi tidak pernah tua dan kecantikan yang dimilikinya tidak pudar di makan zaman.
Singkat kata, Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan sakti. Ia memperoleh kesaktian dari menimba ilmu selama dalam pengembaraannya. Setelah sekian lama menuju kea rah Timur. Tanpa disadarinya ia sampai di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Akan tetapi, ia tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemuinya adalah Dayang Sumbi. Dayang Sumbi juga tidak mengenali baha pemuda gagah yang ditemuinya adalah anak kandungnya.
Akhirnya, terjalinlah kisah kasih diantara kedua insan itu. Bahkann mereka sepakat untuk menikah. Ketika tengah santai diberanda rumah, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya. Ia mengenalinya dari tanda luka dikepalanya.
“Wahai Kakanda, luka apakah ini?” Tanya Dayang Sumbi dengan cemass.
“AH ini hanya luka kecil yang kuperoleh dari masa kecilku dulu,” jawab Sangkuriang.
“Dari masa kecilmu dulu? Coba ceritakan kepadaku,” pinta Dayang Sumbi.
Setelah Sangkuriang menceritakan kisah masa kecilnya, langit serasa runtuh di atas kepela Dayang Sumbi. Ia tak menyangka bahwa pemuda itu adalah anaknya. Tentu saja ia tidak dapat menikahi darah dagingnya sendiri. Segera ia memutuskan tali kasih diantara mereka. Sangkuriang yang kebingungan tentu saja tidak menerima keputusan itu.
“Tidak bias! Aku tidak mau meninggalkanmu. Aku akan tetap menikahimu walaupun langit dan bumi menentangnya,” seru Sangkuriang dengan nekadnya.
Melihat kenekatan sangkuriang, gentarlah hati Dayang Sumbi. Ia takut jika Sangkuriang melaksanakan ucapannya. Tetapi ia juga tidak dapat menikahi anaknya sendiri. Ia mencoba berpikir keras untuk menghentikan keinginan anaknya. Akhirnya ia mendapatkan ide untuk meminta syarat kepada Sangkuriang jika dia ingin menikahinya.
“Baiklah Sangkuriang, aku kan memenuhi permintaanmu, tapi dengan sebuah syarat,”kata Dayang Sumbi.
“Apa syaratmu? Aku pasti dapat memenuhinya,” ucap Sangkuriang dengan yakin.
“aku meminta agar kau membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan cara membendung sungai Citarum,” Pinta  Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi yakin, Sangkuriang tidak mungkin menyanggupi permintaannya yang sangat sulit itu. Tetapi, di luar dugaannya, Sangkuriang menyanggupi permintaan itu. Bahwa ia mengangap permintaan Dayang Sumbi tersebut sangatlah mudah.
“Sungguh permintaanmu sangatlah mudah. Akan kupenuhi permintaanmu itu dalam satu malam saja,” ucap Sangkuriang dengan yakin.
Maka pergilah Sangkuriang kea rah Timur. Ia bersemedi meminta bantuan para jin dan makhluk ghaib lainnya. Setelah bala tentara dating untuk membendung sungai Citarum, ia segera mencari sebuah pohon untuk membuat perahu.
Dayang Sumbi yang mengintip usaha Sanngkuriang menjadi cemas. Telaga dan perahu yang dimintanya hamper selesai. Padahal waktu masih larut malam.
“Aduh.. bagaimana ini? Jika tidak kucegah, tentu Sangkuriang dapat menyelesaikan pekerjaan itu tepat pada waktunya. Aku harus mencari cara untuk menghentikannya. Para Dewata, tolonglah hambamu ini, hentikan maksud anakku,” pinta Dayang Sumbi dengan cemas.
Akhirnya ia menemukan sebuah cara. Segera ia kembali kerumahnya untuk mengambil kain merah. Dibentangkannya kain itu di arah Timur seolah-olah warna merah di langit saat matahari akan terbit. Para jin dan makhluk ghaib yang membantu Sangkuriang mengira fajar telah menyingsing. Mereka segera melarikan diri.
“Hai..jangan pergi!” teriak Sangkuriang dengan gusar. “Maafkan hamba, Tuanku. Hamba tidak dapat membantu Tuanku lagi karena fajar telah menyingsing. Hamba harus segera kembali ke dunia kami. Maafkan hamba, Tuanku,” ujar para jin dan makhluk ghaib terrsebut sambil menghilang ke dunia mereka.
Kontan Sangkuriang marah besar. Ia tidak menyangka bahwa ia bias gagal memenuhi syarat yang diajukan Dayang Sumbi. Ia lalu menjebol sumbatan Sungai Citarum. Sumbatan tersebut dilemparkannya kea rah timurdan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air telaga itu pun menjadi surut kembali.
Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya kearah Utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban perahu. Sisa kayu yang ditendang untuk dijadikan Perahu oleh Sangkuriang berubah wujud menjadi Gunung Bukit Tunggul, di sebelah Timur Gunung Tangkuban Perahu (Tungguul dalam bahasa sunda berarti pangkal kayu), sementara daun-daunya menjadi Gunung Burangrang. Gunung Burangrang tersebut terletak disebelahh barat Gunung Tangkuban Perahu.
Setelah melampiaskan kekesalannya. Sangkuriang baru menyadari bahwa hari belumlah pagi. Ia terpana karena telah tertipu oleh Dayang Sumbi. Bagaikan api yang diguyur minyak, kemarahan sangkurian semakin menjadi. Ia ingin menangkap Dayang Sumbi. Sangkuriang pun mengejar Dayang Sumbi. Dayang Sumbi segera melarikan diri ke Gunung Putri. Berkat kehendak dewata, ia mendadak menghilang dan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapaun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan ujungberung akhirnya menghilang kea lam ghaib.

No comments:

Post a Comment