Legenda Kota Wedi

Kota Wedi merupakan salah satu dari 26 kecamatan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, untuk mecapai ibukota Kecamatan Wedi dapat ditempuh selama 1 jam dari kota Yogyakarta, kearah Timur dan 15-20 menit dari Kota Klaten, ke barat daya. Kekayaan alam yang terkenal dari kota ini adalah tembakau.

Setelah KI Pandan Arang II berguru pada Sunan Kalijaga, ia menjadi seorang sunan yang disegani di wilayah barat.
Sunan Pandan Arang II terkenal akan pribadinya yang saleh dan kearifan yang dimilikinya. Tugas utama beliau adalah menyebarkan ajaran agama islam di wilayah barat.
Berkat kebijaksanaannya, beliau seringa diundang oleh Rajam Mataram untuk dimintai pendapatnya. Terutama mengenai perkembangan agama islam di Mataram. Bahkan ia sudah dianggap sebagai penasehat oleh raja Mataram. Akan tetapi, pangkat dan kedudukan yang dimilikinya tidak membuat Sunan Pandan Arang II menjadi orang yang sombong. Ia hidup sederhana dan tidak berlebihan. Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian sederhana yang cenderung lusuh. Tidak heran bila orang yang belum mengenalnya akan mengira bahwa ia bukan seorang sunan.
Pada suatu hari, Paduka Raja sedang menghadapi sebuah masalah. Ia membutuhkan seoraang penasehat untuk membantu memcahkan masalah yang menimpanya. Maka, diutuslah seorang hulubalang untuk memanggil Sunan Pandan Arang II agar menghadap Paduka Raja di keraton.
Setelah hulubalang tersebut sampai di rumah sunan Pandan Arang II, ia memutuskan untuk berangkat ke keraton segera mungkin.
Setelah berkemas-kemas, berangkatlah sunan Pandan arang II menemui Paduka Raja. Mereka menempuh perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan. Setelah sampai di keraton, sunan Pandan arang II segera menghadap raja.
Paduka Raja lantas mengutarakan segala persoalan yang tengah dihadapinya. Sunan Pandan arang II pun memberikan nasihat, saran, dan usul berdasarkan wawasan yang dimilikinya. Setelah agak lama berbincang-bincang dan segala persoalan telah terpecahkan,  sunan Pandan arang II segera mohon diri.
Sebagai rasa terima kasih Paduka Raja memberikan bekal untuk perjalanan pulang dan sejumlah uang bagi sunan Pandan arang II.
Setelah suanan Pandan arang II sampai di gerbang keraton, ia menuju ke sebuah dokar yang akan menuju ke desanya. Selain sang kusir, diatas dokar itu telah ada sang penumpang. Jika dilihat dari penampilannya, pastilah ia saudagar yang kaya raya. Sauadagar itu terlihat angkuh dan sangat waspada. Ia memandang curiga pada Sunan Pandan Arang II yang berpakaian lusuh. Sunan langsung naik dokar itu dan duduk di samping sang saudagar.
Di sepanjang perjalanan, sunan Pandan arang II terlihat tenang. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan kalimat dzikir. Setelah menempuh setengah perjalanan, sunan Pandan arang II mencoba memecah keheningan dengan mengajak bicara sang saudagar.
“Bolehkan saya tahu apa isi karung-karung tersebut?” Tanya Sunan Pandan arang II.
Karena banyak bicara, sang suadagar semakin mencurigai sunan Pandan arang II. Ia melirik karung-karung yang dibawahnya. Ia terlihat berpikir sejenak sebelum memberikan jawaban.
Akhirnya saudagar pun menjawab “kalau isi karung tersebut hanyalah wedi (pasir)”.
“Hanya wedi (pasir)?” perjelas Sunan Pandan arang II.
“Benar isi karung-karung ini hanya wedi (pasir),” jawab saudagar dengan ketus.
“Baiklah jika kisanak bilang begitu. Isi karung itu pasti wedi (pasir). Pak Kusir, tolong hentikan dokar ini. Saya mau turun disini saja, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki” ujar sunan pandan arang II.
Kusir dokar itupun segera menghentikan  laju dokarnya. Setelah sunan pandan arang Iii memberikan ongkos dokar tersebut, sang kusir segera memacu dokarnya.
Saudagar yang khawatir tentang apa yang dikatakan oleh sunan pandan arang II segera memeriksa isi karung-karungnya. Maka dihitunglah jumlah karung-karung yang dibawahnya. Dan mengecek satu persatu isi karung tersebut.
Betapa kagetnya saudagar, setelah mengetahui kalau isi karung0karung yang dibawahnya berubah menjadi wedi (pasir).
Karena ketakutan saudagar dan kusir dokar segera melarikan diri. Saat Sunan Pandan Arang II tiba ditempat tersebut dan melihat pasir yang berhamburan dai karung milik sang saudagar, lantas sunan pandan arang memberi nama tempat itu wedi, karena wedi (pasir) ini jangan sampai membuat kita wedi (takut dalam bahasa Jawa). Kita hanya boleh takut kepada Allah SWT.

No comments:

Post a Comment