Candi Roro Jonggrang berada di daerah
Prambanan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi tersebut berada di lingkup Candi
Sewu. Lokasi candi tersebut berada di tepi jalan raya 17 km dari Yogyakarta
menuju Solo. Candi ini menjadio objek wisata andalan bagi kedua kota tersebut.
Komplek Candi yang dibangun pada abad 9M ini memiliki tiga bangunan utama
berarsitektur indah setinggi 47 meter.
Dahulu kala di daerah Prambanan berdiri dua
buah kerajaan Hindu, yaitu kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan
Pengging adalah
kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang Putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.
kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang Putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.
Adapun Kerajaan Keraton Boko berada pada wilayah
kekuasaan kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan
angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud seorang raksasa besar
dan suka makan daging manusia, yang bernama, Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko
mempunyai Putri yang cantik jelita bernama Putri Roro Jonggrang. Prabu Boko
juga punya patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo.
Pada waktu itu, Prabu Boko mingin memberontak
dan ingin menguasai Kerajaan Pengging. Maka ia mengundang Patih Gupolo ke
keratin untuk membicarakan rencana itu.
“Ada apa gerangan paduka Prabu memanggil
hamba?” Tanya Patih Gupolo.
“Patihku, aku sudah bosan selama ini berada
di bawah kekuasaan Kerajaan Pengging,” jawab Prabu Boko.
“Maksud Paduka Prabu?”
“Aku ingin memberontak dan ingin mendirikan
kerajaan sendiri yang terpisah dari kekuasaan lain. Untuk itu kumpulkanlah
bekal berupa makanan dan uangan dari rakyat, serta latihlah pemuda-pemuda
kerajaan ini menjadi prajurit untuk berperang melawan Kerajaan Pengging,” titah
Prabu Boko.
“Akan hamba laksanakan Paduka Prabu,” jawab
Patih Gupolo.
Patih Gupolo pun segera melaksanakan perintah
Prabu Boko. Maka, dilatihlah pemuda-pemuda menjadi prajurit. Karena dirasa
cukup akhirnya berangkatlah mereka menyerang Kerajaan Pengging.
Prabu Damar Moyo pun mengutus anaknya Raden
Bandung Bondowoso untuk maju melawan Kerajaan Keraton Boko. Karena kesaktian
Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dikalahkan.
Melihat rajanya tewas maka Patih Gupolo
melarikan diri kembali ke Keraton Boko. Dengan cepat Raden Bandung Bondowoso
mengejar Patih Gupolo sampai ke Keraton Boko. Setelah sampai di Keraton Boko,
maka patih Gupolo segera menghadap putrid Roro Jonggrang.
Dengan lirih Patih Gupolo memberitahukan
bahwa Prabu Boko telah tewas di medan perang. Beliau tewas di tangan raden
Bandung Bondowoso.
Di lain pihak, sampailah raden bandung
Bondowoso di Keraton Boko. Ia langsung menemui putrid Roro Jonggrang untuk
mencari patih Gupolo. Terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat kecantikan
putri Roro Jonggrang. Maka timbul niat Raden bandung Bondowoso untuk
mempersunting putri Roro Jonggrang.
Sambil terdiam memikirkan nasib keratin dan
seluruh rakyatnya. Jika ia sampai menolok lamaran Bandung Bondowoso, maka
pastilah keratin ini akan dihancurkannya. Akhirnya putrid Roro Jonggrang
menerima lamaran Bandung Bondowoso dengan syarat Raden Bandung Bondowoso harus
membuatkan 1000 candi dalam satu malam.
Raden Bandung Bondowoso pun menerima syarat
yang diajukan putri Roro Jonggrang.
Setelah mengucapkan janji tersebut, pergilah Bandung
Bondowoso untuk membuat sumur. Setelah sumur itu selesai dibuat, segera Bandung
Bondowoso memanggil putrid Roro Jonggrang untuk melihat sumur tersebut.
“Bandung Bondowoso, sumur jala telah selesai
kamu buat. Tapi aku ingin mengetahui seberapa dalam sumur Jala itu. Turunlah ke
bawah dan ukurlah kedalaman sumur itu untukku,” pinta Putri Roro Jonggrang.
Maka turunlah Bandung Bondowoso ke dasar
Sumur tersebut. Setlah sampai di dasar sumur, putrid Roro Jonggrang
memerintahkan patih Gupolo untuk menimbun sumur dengan batu. Karena
kesaktiannya akhirnya Bandung Bondowoso bias keluar dengan selamat.
Setelah dapat keluar Bandung Bondowoso sangat
marah, akan tetapi melihat kecantikan putri Roro Jonggrang maka, kemarahn
Bandung Bondowoso bias mereda.
“Bandung Bondowoso, aku menagih janjimu
padaku untuk membuatkanku 1.000 candi dalam satu malam,” tagih putrid Roro
Jonggrang.
“Akan kupenuhi janjiku. Tapi jangan kau
mengingkari janji yang telah kau ucapkan padaku”
“Baiklah, akan kutepati janji yang telah
kuucapkan,” ucap putrid Roro Jonggrang.
Maka segera Bandung Bondowoso berangkat ke
tanah lapang untuk membuat candi yang telah dijanjikannya. Ia meminta bantuan
para jin-jin untuk membuatnya. Akan tetapi dilain pihak putrid Roro Jonggrang
ingin menggagalkannya.
Waktu pun berlalu, candi-candi yang dibangun
Bandung Bondowoso telah tegak berdiri. Melihat itu paniklah putrid Roro
Jonggrang. Ia segera minta Patih Gupolo untuk membangunkan gadis-gadis
disekitar perambanan. Ia juga meminta agar ayam-ayam jago dilepas dari kandangnya.
Kemudian ia meminta para gadis tersebut untuk menumbuk padi dan membakar jerami
supaya kelihatan bahwa pagi sudah tiba dan ayampun berkokok bergantian.
Mendengar ayan berkokok dan orang menumbuk
padi serta di Timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi.
Dengan marah Bandung Bondowoso menyuruh
putrid Roro Jonggrang untuk menghitung candi. Dan ternyata candi yang telah
dibuat baru 999 candi.
“Maafkan aku Bandung Bondowoso, kamu tidak
dapat memenuhi janjimu padaku. Candi ini baru berjumlah 999 buah. Masih kurang
satu candi lagi. Maka aku tidak mau kau persunting.” Ujar putrid Roro
Jonggrang.
“ini semua pasti ulahmu Jonggrang. Kamu telah
menipu dan mempermainkanku. Sebagai balasannya, kukutuk kau menjadi candi agar
genap jumlah candi itu menjadi 1.000. kukutuk juga para gadis di sekitar
prambanan ini menjadi kasep (perawan tua),” seru Bandung Bondowoso
murka.
Dan segera putri Roro Jonggrang berubah wujud
menjadi arca patung batu. Maka genaplah jumlah candi itu menjadi 1.000 buah.
Kompleks candi itu biasa disebut sebagai Candi Sewu atau Candi Prambanan.
No comments:
Post a Comment