Syair
Syair merupakan salah satu puisi lama
Indonesia yang berasal dari Arab. Kata syair berasal dari Arab “Sya’ara” yang
berarti menembang atau bertembang. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa
kata syair berasal dari kata “syu’ur” yang berarti tembang. Syair bias berisi
cerita, nasihat, atau ajaran agama.
Ciri-ciri syair antara lain:
1.
Tiap bait
terdiri atas empat larik;
2.
Tidak
mempunyai sampiran;
3.
Semua larik
syair berupa isi;
4.
Setiap bait
memberi arti sebagai satu kesatuan;
5.
Sajak atau
rima akhir setiap larik selalu sama (aaaa);
6.
Setiap larik
terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata;
7.
Setiap larik
terdiri atas empat atau lima kata;
8.
Isi syair
berupa nasihat, petuah, dongeng, cerita, atau ajaran agama.
Gurindam
Gurindam
merupakan salah satu jenis puisi lama Indonesia yang berasal dari tamil
(India). Gurindam terdiri atas dua larik dan bersajak aa. Kata Gurindam berasal dari bahasa Tamil “Kirandam”. Gurindam
umumnya berisi nasihat, ajaran, atau semacam kata-kata mutiara.
Ciri-ciri
Gurindam antara lain:
1.
Tiap bait terdiri atas dua larik.
2.
Jumlah suku kata tiiap-tiap larik tidak tetap. Pada umumnya terdiri
atas sepuluh sampai empat belas suku kata.
3.
Bersajak aa.
4.
Hubungan larik pertama dan kedua membentuk hubungan sebab
akibat.
5.
Pada umumnya berisi suatu kebenaran untuk memberi nasihat.
6.
Isi gurindam dapat dilihat dari larik kedua.
Contoh:
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna
Silang selisih jangan dicari
Jika tersua janganlah lari
berlari
Perkataan tajam jka dilepas
Ibarat beringin racun dan upas.
Talibun
Talibun
merupakan jenis puisi lama yang mirip dengan pantun. Jika pantun setiap bait
terdiri atas empat larik, talibun satu bait terdiri atas enam larik atau lebih
asalkan genap.
Ciri-ciri
talibun sebagi berikut:
1.
Tiap-tiap lariknya terdiri atas delapan sampai dua belas suku
kata.
2.
Setengah bagian atas merupakan sampiran.
3.
Setengah bagian bawah merupakan isi;
4.
Talibun enam larik mempunyai rima abcabc;
5.
Talibun delapan larik mempunyai rima abcdabcd;
6.
Talibun sepuluh larik mempunyai rima abcdeabcde;
7.
Talibun dua belas larik mempunyai rima abcdefabcdef;
Contoh
Enam larik
seuntai
Dari Silaing ke Sijudah,
Sampai melilit tanjung jati,
Buah jerami bergantungan.
Baju digunting kalau tak sudah,
Kata termulai kalu tak jadi,
Siksalah alam menanggungkan.
Delapan
larik seuntai
Anak buaya di Citarum,
Hilir kuala batu haji,
Singgah ke pulau Siantokan,
Seru-berseru suara tabib.
Sungguh berkehendak kami belum,
Tapi terniat dalam hati,
Segan sedikit mengatakan,
Pikirkan baik di dalam raib.
Sepuluh
larik seuntai
Kain selendang tenunan Kampar,
Putus sehelai di atas kasur,
Dielus dengan empu tangan,
Dibungkus dengan kain kasap,
Diikat dengan benang sutera.
Hidangan sudah terhantar,
Pahar dan cerek sudah teratur,
Jawat air basuhlah tangan,
Tumbuhkan nasi akan disantap,
Kami si pangkalan bersama-sama.
Dua belas
larik seuntai
Rotan sepatah dua patah,
Tarik kerakap batang padi,
Dibawa sutan dari Judah,
Padi yang jangan digemapakan,
Kalau gempa antara gugur,
Bila gugur masuk perigi,
Di situ ditanam pula.
Tuan di mekah di Medinah,
Naik akhirat batu haji,
Tegak berdiri rasul ullah,
Kami yang jangan dilupakan,
Kalau lupa antara tidur,
Dalam tidur menjadi mimpi,
Jika terbangun diingat pula.
Karmina
Karmina merupakan jenis puisi lama yang
berasal dari Indonesia. Karmina disebut juga Pantun Kilat. Karena karmina hanya
trdiri atas dua larik. Isinya hanya juga hanya dijelaskan secara sekilas.
Ciri-ciri Karmina sebagai berikut:
1.
Terdiri atas
dua larik;
2.
Larik
pertama merupakan sampiran;
3.
Larik kedua
merupakan isi;
4.
Bersajak aa;
5.
Jika
dijadikan empat larik maka bersajak abab.
Contoh Karmina.
Suwe ora jamu, jamu pisan godhong
tela.
Suwe ora ketemu, ketemu pisan
gawe gela.
Santen niku toyane klapa, iwak
sepat ing tengah rawa.
Cekap semanten atur kawula, yen
lepat nyuwun pangapura.
Sudah gaharu, cenndana pula.
Sudah tahu, bertanya pula.
Ujung bendul,
dalam semak.
Kerbau mandul,
banyak lemak.
Piiring tak retak, nasi tak
dingin.
Tuhan tak hendak, kami tak ingin.