Telaga Sarangan atau disebut juga Telaga
Pasir berada di kaki gunung Lawu, berjarak lebih kurang 16 km (arah Barat) dari
kota Magetan. Telaga ini mempunyai luas kurang labih 30 ha dengan kedalaman 28
meter. Suhu udara berkisar 18-250C. di tempat ini beraneka ragam
fasilitas antara laian : hotel, rumah makan, perahu dayung, mainan anak-anak,
perahu boat dan kuda yang disediakan bagi para wisatawan dari berbagai daerah
maupun wisatawan mancanegara.
Dahulu kala hiduplah sepasang suami istri
bernama Kyai pasir dan Nyai Pasir. Mereka hidup di hutan Gunung Lawu. Mereka
berteduh di sebuah rumah (pondok) di hutan tersebut. Pondok itu dibuat dari
kayu hutan beratapkan dedaunan.
Keduanya sudah merasa sangat aman dan tidak takut
akan bahya yang menimpanya. Mereka juga tidak takut terhadap gangguan binatang
buas dan sebagainya. Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan tersebut
sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat
mengatasinya.
Seperti biasa, pergilah Kyai Pasir ke hutan
untuk bertanam. Karena banyak pohon-pohon yang besar, maka Kyai pasir terlebih
dahulu harus menebangnya.
Saat hendak menebang pohon yang besar,
tiba-tiba ia terkejut karena menemukan sebutir telur yang terletak di bawah
batang pohon itu.
Diamat-amatinya telur itu sejenak sambil
bertanya di dalam hatinya, “Lho, telur apa ini? Kok sepertinya telur ayam,”
gumamnya heran. Telur ini sebaiknya ku bawa pulang saja untuk dimasak istriku.
Tentu enak sekali rasanya,” batin Kyai Pasir.
Tidak berpikir panjang lagi. Kyai pasir
segera pulang dengan membawa telur itu dan diberikan kepada istrinya.
Tanpa ragu Nyai Pasir segera merebus telur
itu. Setelah masak, telur itu akhirnya dimakan bersama-sama. Sepruh untuk Kyai
Pasir dan separuhnya lagi untuk Nyai pasir.
“Hem… enak sekali rasa telur ini Nyai? Iya
bener Kyai, enak banget,” Ujar Kyai pasir dan Nyai Pasir.
Setelah memakan telur rebus tersebut,
kemudian Kyai Pasir berangkat lagi ke lading untuk meneruskan pekerjaan
menebang pohon dan bertanam. Dalam perjalan ke lading. Kyai pasir masih
mearasakan nikmatnya telur yang baru dimakannya. Tetapi sesampainya di lading,
badannya terasa panas, kaku, mata berkunang-kunang, keringat dingin keluar
membasahi seluruh tubuhnya. Karena tidak mampu menahan rasa sakit, akhirnya
Kyai pasir rebah jatuh ke tanah.
Dalam keadaan yang sangat keritis ini Kyai
Pasir berguling-guling di tanah. Kejadian ghaib menimpa Kyai pasir tiba-tiba
badannya berubah wujud menjadi ular naga yang besar, bersungut, berjambang dan
sangat menakutkan.
Pada saat itu juga Nyai pasir juga mengalami
hal yang serupa. badannya terasa panas, kaku, mata berkunang-kunang, keringat
dingin keluar membasahi seluruh tubuhnya. Karena derita yang disandang ini
akhirnya Nyai Pasir lari ke lading bermaksud untuk menemui suaminya. Sepanjang
perjalanan Nyai Pasir berteriak-teriak, “Suamiku…tolong aku!! Tubuhku Sakit
sekali…!!”.
Sesampainya di lading Nyai pasir terkejut
bukan kepalang melihat Naga besar berguling-guling di tanah. Karena tidak kuat
menahan rasa sakit akhirnya Nyai pasir jatuh ke tanah dan mengalami nasib ghaib
serupa dengan Kayi pasir. Ia berubah wujud menjadi ular naga yang besar,
bersungut, berjambang dan sangat menakutkan.
Kedua naga itu akhirnya berguling-guling
kesana kemari, bergeliat-geliat di tanah lading itu, menyebabkan tanah tempat
kedua naga itu menjadi bercekung-cekung.
Cekungan itu semakin lama semakin luas dan
dalam. Tiba-tiba dari dalam cekungan itu menyembur air yang besar memancar
kemana-kemana. Dalam waktu sekejab saja, cekungan itu sudah penuh dengan air
dan menjadi Telaga. Oleh masyarakat setempat telaga ini dinamakan Telaga Pasir.
No comments:
Post a Comment